Sabtu, 13 Juni 2009

CERITA KAKEK KU

Pada bulan Juni 2009 ini, telah tiga kecelakaan udara yang dialami oleh TNI AU. Banyak putra terbaik bangsa tewas sia-sia. Apakah mereka dilatih dan dididik hanya untuk tewas karena buruknya peralatan yang dimiliki?

Berita banyaknya pesawat TNI AU yang jatuh mengingatkanku pada cerita kakek ku. Beliau adalah seorang pensiunan TNI AD dengan pangkat terakhir mayor. Tidak tinggi memang, tetapi dia adalah idolaku. Seorang tentara yang berpikir dan bertindak sebagai tentara sejati.

Kakekku pernah bercerita padaku, bahwa dalam TNI itu haruslah efektif dan tidak boleh ada efisiensi. Jika ada anggaran yang sudah ditetapkan, maka haruslah dihabiskan dan dipergunakan sesuai peruntukkan tanpa penyimpangan sedikitpun. 

Beliau memberikan contoh seperti berikut : jika telah dianggarkan untuk membeli senapan dengan jarak tembak 500 m, maka jangan pernah mengubah spesifiknya menjadi lebih rendah lagi misalnya 300 m dengan alasan efisiensi. Karena hal ini dapat menjadikan tentara sebagai umpan tembak bagi musuh, karena bisa jadi musuh memakai senjata dengan jarak tembak 500 m atau lebih. Jika hal ini terjadi, maka tentara kita akan ditembak oleh musuh tanpa bisa balas menembak.

Begitu juga dengan peralatan lainnya, jangan sampai anggaran untuk perbaikan dan pembaharuan peralatan perang dan angkutannya di potong demi alasan efisiensi dengan mengabaikan keselamatan prajurit, padahal banyak anggaran lain yang sengaja diboroskan karena berpengaruh langsung bagi sang pembuat kebijakan, dan juga masih banyak anggaran yang lain yang hilang dimakan oleh tikus penggerogot bangsa.

Semoga bangsa ini lebih bijak lagi dalam melindungi prajuritnya, sehingga pesawat dan helikopter TNI AU benar-benar menjadi alat perang dan pengangkut bagi prajurit, bukan sebagai peti mati lagi.